Monday 10 September 2018

FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN DALAM MEMBERDAYAKAN PETANI (Kasus di Kabupaten Kampar Provinsi Riau)

Program penyuluhan pembangunan yang efektif dan efisien dapat dikembangkan oleh tenaga-tenaga profesional di bidang penyuluhan pembangunan. Permasalahan pokok yang dihadapi selama ini adalah rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga penyuluh (termasuk di kabupaten Kampar provinsi Riau). Diharapkan dari hasil penelitian ini mampu memberikan sumbang pemikiran bagi peningkatan kualitas kinerja penyuluh pertanian yang mampu meningkatkan kapasitas dan kemandirian petani.
Kinerja penyuluh pertanian dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal penyuluh. Kinerja penyuluh dalam penelitian ini adalah dipersepsikan oleh tingkat kepuasan petani yang menerima jasa penyuluhan pertanian. Faktor internal yang diduga berpengaruh terhadap kinerja penyuluh adalah kompetensi penyuluh pertanian. Faktor eksternal yang diduga berpengaruh terhadap kinerja penyuluh adalah karakteristik sistem sosial (yaitu aspek-aspek yang mendukungan/menghambat perubahan dalam sistem sosial sebagai akibat proses intervensi pembangunan pertanian).
Permasalahan utama penelitian ini adalah: (1) Sejauhmana karakteristik petani, karakteristik sistem sosial, tingkat kompetensi penyuluh pertanian dan tingkat kinerja penyuluh pertanian dan (2) Faktor-faktor penentu manakah yang berpengaruh efektif terhadap tingkat kinerja penyuluh pertanian dalam memberdaykan petani. Berdasarkan permasalahan utama, tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis karakteristik petani, karakteristik sistem sosial, tingkat kompetensi penyuluh pertanian dan tingkat kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani; (2) Meng-analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian dan (3) Merumuskan strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani.
Penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research), yaitu menjelaskan hubungan kausalitas antara peubah-peubah melalui pengujian hipotesis. Model teoritis yang akan diuji dalam penelitian ini meliputi beberapa bentuk hubungan antar peubah, yaitu hubungan peubah bebas karakteristik petani (umur; pendidikan formal; pendidikan non formal dan pengalaman petani berusahatani), karakteristik sistem sosial (nilai-nilai sosial budaya; sistem kelembagaan petani; dukungan tenaga ahli dan kelembagaan penelitian dan penyuluhan; fasilitasi oleh lembaga pemerintah terkait; dukungan kelembagaan agribisnis dan kepemimpinan lokal) dan kompetensi penyuluh pertanian (kompetensi managerial, kompetensi komunikasi, kompetensi mengorganisasikan kegiatan belajar petani dan kompetensi interaksi sosial) dengan peubah terikat yaitu kinerja penyuluh pertanian. Peubah dan sub peubah dalam penelitian ini diukur berdasarkan persepsi petani.
Petani berada pada usia produktif (rataan 41 tahun) dan belum didukung oleh tingkat pendidikan formal dan pendidikan non formal yang memadai. Rataan pendidikan formal 9 tahun (setingkat tamat SLTP) dan rataan mengikuti pendidikan non formal 7 hari. Dilihat dari modus, petani dominan (yaitu 48,2 persen) belum pernah mengikuti pendidikan non formal (kursus atau pelatihan). Pengalaman petani beragribisnis yaitu rataan 13,69 tahun diharapkan menunjang keberhasilan agribisnis petani, namun belum didukung oleh luas penguasaan lahan pertanian yang memadai, rataan hanya 1,61 hektar (karena 66,.67 persen petani memiliki kebun sawit dan karet).
Kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani adalah perilaku aktual yang diperagakan penyuluh sebagai kewajibannya mengemban tugas-tugas pemberdayaan yang diamanahkan kepadanya, yang diukur dari tingkat kepuasan petani. Berdasarkan pengamatan di lapangan, wawancara mendalam dan analisis dokumen resmi, beberapa kelemahan yang ditemui di lapangan berkaitan dengan kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani, adalah sebagai berikut:

  1. Penyuluh sebagian besar tidak berdomisili di wilayah kerjanya. Hal ini jelas akan mengurangi efektifitas kinerja penyuluh.
  2. Balai Informasi Penyuluhan (BIP) sebagai basis kegiatan penyuluh, lebih merupakan perpanjangan tangan Kantor Informasi Pertanian (KIP) di tingkat kabupaten. BIP tidak diberi dana otonom untuk penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di wilayah kerjanya.
  3. Belum terselenggara koordinasi yang baik antara lembaga penyuluhan baik di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten dengan dinas-dinas terkait se-hubungan dengan pemberdayaan petani. Masing-masing instansi masih bersifat egosektoral dan petani hanya sebagai objek dari sebuah kegiatan pembangunan.
  4. Latar belakang pendidikan, golongan kepangkatan dan jabatan fungsional penyuluh belum optimal mendukung kinerja penyuluh pertanian.

Dalam menyikapi kelemahan - kelemahan tersebut dibutuhkan sebuah strategi guna memberdayakan petani, maka strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani adalah:

  1. Meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani, yaitu dengan meningkatkan kompetensi penyuluh pertanian; dukungan positif sistem sosial dan akses petani terhadap pendidikan non formal. Kompetensi penyuluh yang strategis untuk ditingkatkan yaitu kompetensi: komunikasi (efektifitas berkomunikasi, kemampuan menjalin relasi, menggunakan media komunikasi, dll.); mengorganisasikan kegiatan belajar petani (kemampuan memotivasi, mengelola kegiatan belajar, kemampuan menggunakan berbagai metode belajar, dan lain-lain) dan interaksi sosial (kemampuan untuk diterima masyarakat, kemampuan mengatasi konflik, dll.). Karakteristik sistem sosial yang strategis untuk ditingkatkan adalah adalah: nilai-nilai sosial budaya; fasilitasi oleh lembaga pemerintah terkait agribisnis, akses terhadap kelembagaan agribisnis.
  2. Meningkatkan kinerja penyuluh pertanian dengan meningkatkan kualitas kerja yang berkaitan dengan tugas utama penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani yaitu: (a) pengembangan perilaku inovatif; (b) penguatan partisipasi petani; (c) penguatan kelembagaan petani; (d) penguatan akses terhadap berbagai sumberdaya; (e) penguatan kemampuan petani berjaringan dan (f) kaderisasi.
Daftar Pustaka : 

Nama : Agara Bintang Anugrah
Nim : 16/398916/PN/14887
Golongan : A5.2

1 comment:

  1. Nama: Yohanes Bayu N
    NIM: 16/398838/PN/14809
    Program Studi: Manajemen Sumberdaya Akuatik
    Golongan: A 5.2
    No. Absen: 21

    Nilai Berita:
    1. Timelines: -
    2. Proximity: penelitian ini bertujuan untuk memberdayakan petani melalui peningkatan kinerja penyuluh pertanian.
    3. Importance: penelitian ini menjelaskan bagaimana cara meningkatkan kinerja penyuluh pertanian untuk memberdayakan petani.
    4. Policy: -
    5. Prominence: -
    6. Consequence: kelemahan-kelemahan di bidang penyuluh diperbaiki oleh peningkatan kinerja penyuluh dapat memberdayakan para petani.
    7. Conflict: petani belum didukung oleh luas penguasaan lahan pertanian yang memadai, adanya beberapa kelemahan yang berkaitan dengan kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani.
    8. Development: -
    9. Disaster and crime: -
    10. Weather: -
    11. Sport: -
    12. Human interest: -

    Nilai penyuluhan
    1. Sumber teknologi atau ide baru: adanya strategi peningkatan kinerja penyuluh pertanian dalam memberdayakan petani, seperti meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian, dan meningkatkan kinerja penyuluh pertanian dengan meningkatkan kualitas kerja.
    2. Sasaran: Sasaran langsung yaitu para penyuluh pertanian dan sasaran tidak langsung adalah Balai Informasi Penyuluhan (BIP) dan Kantor Informasi Pertanian (KIP) tingkat kabupaten.
    3. Manfaat: manfaat dari ide tersebut yaitu untuk memberdayakan para petani.
    4. Nilai Pendidikan: pengurangan kelemahan kinerja penyuluh dengan adanya strategi peningkatan kinerja penyuluh.

    ReplyDelete