Pengaruh
Pelatihan Non Teknis terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian BP4K di Kabupaten
Bungo Provinsi Jambi
Ahmanda Sabilla (16/395785/PN/14636)
|
Kinerja penyuluh pertanian Kabupaten
Bungo semenjak kegiatan penyuluhan dikembalikan ke daerah semakin menurun dan
cenderung tidak adanya regenerasi penyuluh yang memiliki kompetensi yang
memadai hal ini berdasarkan informasi dari Kepala bidang (Kabid) Pengembangan
Sumberdaya Manusia BP4K Kabupaten Bungo. Terjadi perubahan-perubahan
kelembagaan penyuluhan semenjak diberlakukan otonomi daerah. Karakteristik
penyuluh serta pelatihan merupakan unsur penting yang dapat mempengaruhi
kinerja dari seorang penyuluh. Pelatihan di BP4K (Badan Pelaksana
Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan) Kabupaten
Bungo telah dilaksanakan sejak tahun 2011 guna meningkatkan kinerja di wilayah
kerja BP4K Kabupaten Bungo. Dalam kurun waktu 2011-2014 telah dilaksanakan
sebanyak 96 kali pelatihan baik teknis maupun non teknis. Pelatihan non teknis
yang dilaksanakan bertujuan untuk mengembangkan kapasitas dan pengetahuan
penyuluh di BP4K Kabupaten Bungo.
Masyarakat yang digunakan sebagai subjek
yaitu semua penyuluh pertanian di Kabupaten Bungo,
Provinsi Jambi yang pernah mengikuti pelatihan peningkatan SDM Penyuluh
di BP4K (100 penyuluh). Penyuluh peserta pelatihan masih tergolong penyuluh
muda (27-37 tahun). Mayoritas penyuluh di BP4K Kabupaten Bungo adalah laki-laki
padahal dilapangan penyuluh wanita juga dibutuhkan guna memberikan penyuluhan
tentang kelompok wanita tani ataupun Dasawisma. Adapun jumlah pelatihan yang
diikuti pertahun adalah 11-20 kali pelatihan dengan rata-rata pelatihan yang
dikuti sebanyak 16 kali, sedangkan motivasi dari
penyuluh dalam mengikuti pelatihan adalah berasal dari keinginan sendiri
guna mengembangkan keterampilan dan meningkatkan pengetahuan. Oleh karena itu
dilakukan analisis kesesuaian pelatihan yang diberikan
berdasarkan karakteristik peserta, kurikulum pelatihan, kompetensi
pelatih penyuluhan dan dukungan kelembagaan dari BP4K Bungo serta analisis
kinerja penyuluh pertanian BP4K Bungo setelah mengikuti pelatihan non-teknis.
Tingkat kesesuaian kurikulum pelatihan
cenderung tinggi, terlihat dari aspek metode pelatihan serta sarana dan
prasarana pelatihan yang dinilai baik oleh responden. Penyuluh pelatih telah
menguasai substansi materi yang diberikan kepada peserta. Selain itu penyuluh
pelatih juga mengikuti pelatihan guna meningkatkan keterampilan serta
pengetahuan dan telah berpengalaman di bidangnya. Salah satu dukungan lembaga
adalah dengan memberikan fasilitas kendaraan roda dua kepada seluruh penyuluh,
kendaraan roda empat untuk koordinator penyuluh, laptop bagi
penyuluh yang berprestasi, serta sarana prasarana
lainnya.
Semua penyuluh pertanian setiap
tahun membuat rencana kerja tahunan, membuat
program penyuluhan, membuat peta monografi dan potensi wilayah binaan penyuluh.
Beberapa kegiatan yang sudah baik dilakukan oleh penyuluh yaitu: rutin
melakukan diseminasi materi penyuluhan dengan melaksanakan pertemuan
dengan masyarakat sasaran, penerapan metode
penyuluhan seperti kunjungan/tatap muka kepada anggota
kelompok tani binaan. Semakin tinggi motivasi penyuluh
responden dalam mengikuti pelatihan maka kinerja penyuluh akan
semakin tinggi. Motivasi responden mengikuti pelatihan
dilatarbelakangi oleh dorongan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan
guna peningkatan kinerja mereka selain hal tersebut adanya kewajiban dan
dorongan dari atasan membuat penyuluh bersemangat untuk mengikuti kegiatan
pelatihan yang diadakan. Metode seperti role playing,
diskusi, studi kasus, rapat terbukti efektif untuk meningkatkan kinerja
karena dapat diterapkan saat penyuluh pertanian melaksanakan kegiatan di
wilayah kerja. Semakin tinggi kesesuaian metode pelatihan yang digunakan dalam
proses pembelajaran maka semakin mudah penyuluh dalam mengikuti kegiatan
pelatihan tersebut sehingga dapat meningkatkan kinerja penyuluh pertanian.
Kompetensi kemampuan penyuluh pelatih
dalam merencanakan pembelajaran pada saat kegiatan pelatihan berpengaruh nyata
dan positif dalam peningkatan kinerja penyuluh pertanian. Fasilitas dari
lembaga penyuluhan berpengaruh nyata positif terhadap peningkatan kinerja
penyuluhan pertanian artinya, semakin besar dukungan
fasilitas seperti tersedianya sarana dan prasarana serta hal-hal yang
diperlukan untuk menunjang kegiatan penyuluhan dilapangan maka semakin
meningkat kinerja penyuluh pertanian. Tingkat kinerja penyuluh peserta
pelatihan non teknis di BP4K kabupaten Bungo masih belum optimal terutama dalam
pelaksanaan serta evaluasi dan pelaporan secara kontinu. Akan tetapi
pelaksanaan pelatihan non teknis yang diselenggarakan terbukti mempengaruhi
kinerja penyuluh.
Sumber :
Putri, Ike Wirdani., Anna, F., Siti, A. 2016. Pengaruh
Pelatihan Non Teknis terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian BP4K di Kabupaten
Bungo Provinsi Jambi. Jurnal penyuluh12(01)
Nama : Alfian Sita Arum Maharani
ReplyDeleteNIM : 16/395770/PN/14621
Manajemen Sumberdaya Akuatik
Golongan A5.2
Nilai penyuluhan
1. Adanya sumber teknologi / ide
Metode seperti role playing, diskusi, studi kasus, rapat dapat meningkatkan keefektiftifitasan kinerja penyuluh.
2. Adanya sasaran
Langsung : petani
Tidak langsung : penyuluh pertanian
3. Adanya manfaat
Maanfaatnya untuk membuat penyuluh pertanian menjadi bersemangat dalam memberikan materi penyuluhan, selain itu juga untuk memberikan semangat kepada para petani untuk aktif mengikuti kegiatan pelatihan.
4. Adanya nilai pendidikan
metode pelatihan yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat penting, karena akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Nilai berita
1. Timeline
semenjak diberlakukan otonomi daerah kelembagaan penyuluhan mengalami perubahan-perubahan
2. Proximity
Pelatihan teknis dan non teknis untuk meningkatkan kinerja penyuluh di wilayah kerja BP4K Kabupaten Bungo. Pelatihan non teknis yang dilaksanakan bertujuan untuk mengembangkan kapasitas dan pengetahuan penyuluh di BP4K Kabupaten Bungo.
3. Policy
Tingkat kesesuaian kurikulum pelatihan cenderung tinggi
4. Conflict
Kinerja penyuluh pertanian Kabupaten Bungo menurun dan tidak ada regenerasi penyuluh yang memiliki kompetensi yang memadai, serta mayoritas penyuluh adalah laki-laki padahal dilapangan penyuluh wanita juga dibutuhkan guna memberikan penyuluhan tentang kelompok wanita tani ataupun Dasawisma.
5. Prominence
-
6. Importance
Semakin tinggi kinerja penyuluh maka responden akan memiliki motivasi yang tinggi juga untuk mengikuti pelatihan.
7. Consequene
Tingkat kinerja penyuluh peserta pelatihan non teknis belum optimal terutama dalam pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan secara kontinu. Namun, pelaksanaan pelatihan non teknis yang diselenggarakan terbukti mampu mempengaruhi kinerja penyuluh.
8. Development
Fasilitas dari lembaga penyuluhan berpengaruh nyata positif terhadap peningkatan kinerja penyuluhan pertanian yang artinya, semakin besar dukungan fasilitas seperti tersedianya sarana dan prasarana serta hal-hal yang diperlukan untuk menunjang kegiatan penyuluhan dilapangan maka semakin meningkat kinerja penyuluh pertanian
9. Disaster & crime
-
10. Sport
-
11. Weather
-
12. Human interest
Responden menilai baik terhadap kesesuaian kurikulum yang berdasarkan pada aspek metode pelatihan serta sarana dan prasarana pelatihan